JATIMTIMES - Pemerintah Jepang mengeluarkan megaquake advisory atau peringatan potensi gempa besar setelah lindu magnitudo 7,5 mengguncang lepas pantai timur Aomori, Prefektur paling utara di Pulau Honshu. Meski dampak gempa kemarin terbilang ringan, otoritas meminta warga tetap meningkatkan kesiapsiagaan.
Sebelumnya, gempa kuat yang terjadi pada Senin (8/12) malam itu menyebabkan 34 orang terluka, kebanyakan luka ringan serta kerusakan pada beberapa jalan dan bangunan.
Baca Juga : Awas! Risiko Gagal Bayar Pinjol Mengintai, Berpotensi Rusak Mental hingga Fisik
Otoritas menjelaskan peringatan terbaru ini bukan prediksi gempa, melainkan langkah antisipasi agar warga lebih siap jika terjadi gempa besar seperti tragedi 2011 yang menewaskan hampir 20 ribu orang.
Dilansir The Guardian, Rabu (10/12), pejabat Jepang menyebut kemungkinan gempa berkekuatan M8 atau lebih besar dalam sepekan mendatang hanya sekitar 1%, namun risikonya meningkat setelah gempa M7,5 tersebut. Warga di wilayah pesisir diminta lebih waspada.
Peringatan serupa pernah dikeluarkan pada musim panas 2024 untuk wilayah pesisir Pasifik bagian selatan Jepang, terkait ancaman “Nankai Trough megaquake”. Kala itu, peringatan dinilai terlalu kabur sehingga memicu pembelian panik makanan darurat, pembatalan acara, hingga penutupan sejumlah bisnis.
Badan Meteorologi Jepang (JMA) menjelaskan gempa M7,5 terbaru meningkatkan potensi aktivitas seismik di wilayah Hokkaido dan pesisir Sanriku. Di area ini, Lempeng Pasifik membentuk dua palung besar, Japan Trench dan Chishima Trench, yang kerap memicu gempa besar dalam sejarah Jepang.
Para ahli mengingatkan bahwa gempa dan tsunami dahsyat 2011 dipicu oleh pergerakan di Japan Trench. Palung itu membentang dari timur Chiba hingga Aomori, sementara Chishima Trench memanjang dari Hokkaido menuju Kepulauan Kuril.
JMA juga mengingatkan bahwa gempa raksasa M9,0 pada 2011 terjadi hanya dua hari setelah gempa M7,3 di wilayah Iwate, wilayah yang kembali terdampak dalam gempa terbaru.
Pemerintah Jepang memperkirakan jika terjadi offshore megaquake di wilayah Hokkaido–Sanriku, gelombang tsunami bisa mencapai 30 meter. Skenario terburuknya, korban jiwa bisa mencapai 199 ribu orang, lebih dari 220 ribu rumah dan bangunan hancur, dan kerugian ekonomi menembus 31 triliun yen atau sekitar Rp 3.000 triliun.
Peringatan terbaru ini mencakup 182 kota dan wilayah dari Hokkaido hingga Chiba.
Baca Juga : Perkuat Kolaborasi, Mbak Wali Buka Rapat Kerja Baznas 2025
Pejabat Jepang menekankan peringatan ini tidak memprediksi waktu atau lokasi pasti terjadinya gempa besar. Warga diminta melanjutkan aktivitas seperti biasa, namun tetap dalam kondisi siap evakuasi.
Masyarakat dianjurkan untuk menyiapkan tas darurat berisi kebutuhan beberapa hari. Termasuk menyimpan sepatu dan helm dekat tempat tidur.
Selain itu, masyarakat Jepang diimbau untuk bekerja sama dengan keluarga menyusun rencana evakuasi. Termasuk tidur dengan pakaian harian agar bisa langsung mengungsi. Serta memastikan furnitur berat dipasang menempel ke lantai atau dinding.
Di Iwaki, Fukushima, pemerintah kota meminta warga mendaftar layanan email darurat. Sementara di Oarai, Prefektur Ibaraki, petugas mengecek perangkat komunikasi nirkabel untuk memastikan semuanya siap digunakan saat krisis.
Sebagaimana diketahui, peringatan megaquake pada 2024 sempat membuat warga panik. Banyak yang menunda liburan, membatalkan perjalanan, hingga memborong beras, mie kering, air mineral, dan toilet portabel. Supermarket di wilayah barat Jepang hingga Tokyo sempat kehabisan stok, meski Tokyo tidak termasuk area berisiko.
Kini, pemerintah memastikan peringatan baru dibuat dengan bahasa yang lebih mudah dipahami untuk menghindari kepanikan serupa, sambil tetap menekankan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi potensi gempa besar di wilayah utara Jepang.
