JATIMTIMES – Kota Blitar kembali menegaskan posisinya sebagai kota sejarah dan diplomasi dunia. Sabtu (1/11/2025), Presiden ke-5 Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri hadir di Perpustakaan Bung Karno untuk menjadi pembicara utama dalam seminar internasional memperingati 70 tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) bertema “Bung Karno in a Global History.”
Kehadiran Megawati bersama keluarga besar Bung Karno, yakni Prananda Prabowo, Puti Guntur Soekarno, dan Romy Soekarno, menandai momentum penting ketika Blitar kembali menjadi panggung diplomasi internasional yang menggemakan pesan persaudaraan dan kemanusiaan.
Baca Juga : Awal November 2025 Realisasi Pajak Daerah Kabupaten Malang Capai 84,72 Persen
Seminar yang digelar di Auditorium Soekarno itu dihadiri tokoh-tokoh nasional, akademisi, dan delegasi dari berbagai negara sahabat. Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto turut mendampingi, bersama pengurus DPP, DPD Jawa Timur, dan DPC se-Jawa Timur.

Semangat Bandung dari Kota Bung Karno
Dalam wawancara bersama awak media, Hasto menekankan bahwa peringatan KAA di Blitar bukan sekadar nostalgia sejarah, melainkan refleksi atas visi internasional Bung Karno dalam membangun tatanan dunia baru yang berkeadilan.
Menurut Hasto, melalui KAA yang diikuti 29 negara pada 1955, Indonesia memainkan peran penting dalam gerakan dekolonisasi dunia. “Konferensi Asia-Afrika merupakan program dekolonialisasi pertama yang mengubah arah sejarah dunia. Bung Karno membangun tata dunia baru yang bebas dari imperialisme dan kolonialisme, berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan Pancasila,” ujarnya.
Ia menambahkan, pesan Megawati kepada generasi muda adalah agar tidak melupakan geopolitik dan perjuangan para pendiri bangsa. “Spirit Dasasila Bandung harus terus dihidupkan oleh anak-anak muda Indonesia,” katanya.
Hasto juga menyampaikan apresiasi kepada Wali Kota Blitar H. Syauqul Muhibbin (Mas Ibin) dan seluruh panitia yang dinilai berhasil menggelar acara dengan atmosfer kebangsaan yang kuat.

Blitar, Kota Ramah Diplomasi Dunia
Bagi Wali Kota Blitar, Mas Ibin, kehadiran Megawati dan para tokoh dunia ke Blitar merupakan kebanggaan tersendiri. Ia menyebut, Blitar memiliki magnet internasional karena menjadi tanah kelahiran sekaligus peristirahatan terakhir Bung Karno.
“Peringatan 70 tahun Konferensi Asia-Afrika di Kota Blitar ini luar biasa. Banyak tokoh nasional dan internasional hadir. Ini membuktikan bahwa magnet Kota Blitar tidak hanya berskala nasional, tetapi juga internasional,” ujarnya.
Mas Ibin menjelaskan, para tamu negara disambut dengan hangat dalam suasana khas Blitar. “Tamu-tamu kami jamu dengan musik keroncong dan kuliner lokal seperti nasi pecel, sego mangut, sego jangan, dan es pleret. Mereka sangat senang dengan keramahan warga Blitar,” tuturnya.
Menurutnya, diplomasi budaya semacam ini adalah bentuk baru perjuangan: memperkuat hubungan antarnegara melalui pengetahuan dan kreativitas, bukan kekuasaan. Ia ingin agar Blitar menjadi contoh kota kecil dengan semangat besar, yang menjaga warisan sejarah sekaligus membuka diri pada dunia.
Mas Ibin juga mengungkapkan, Pemkot Blitar mendorong agar peringatan KAA bisa menjadi agenda tahunan di Kota Blitar. “Semua yang terhubung dengan Bung Karno potensial untuk dirayakan di Blitar. Sebab, setiap bangsa yang datang ke Indonesia pasti ingin mengenal pendiri bangsanya. Dan bagi Indonesia, itu adalah Bung Karno,” ujarnya.
Baca Juga : Kejar Waktu Trayek, Sopir Bus Harapan Jaya Tewaskan Dua Mahasiswi UIN SATU di Depan SPBU Rejoagung
Menurutnya, ziarah ke Makam Bung Karno bukan sekadar kegiatan seremonial, tetapi juga penghormatan terhadap nilai-nilai kemerdekaan dan kemanusiaan. “Persahabatan Bung Karno dengan banyak negara akan menjadi memori perjuangan bangsa-bangsa, dan itu akan terus mengundang tokoh dunia untuk datang ke Blitar,” katanya.

Sementara itu, Ketua DPRD Kota Blitar dr. Syahrul Alim menilai, peringatan 70 tahun KAA mengingatkan kembali pada semangat solidaritas negara-negara berkembang. “Konferensi Asia-Afrika dulu mempertemukan bangsa-bangsa yang tertindas. Spiritnya adalah melawan penindasan dan membangun kesetaraan,” ujarnya.
Ia menegaskan, semangat itu tetap relevan hingga kini, terutama dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina. “Sebagaimana dulu Bung Karno menentang kolonialisme, kini kita mendukung kemerdekaan Palestina sebagai bentuk konsistensi atas nilai-nilai kemanusiaan,” katanya.
Bagi Syahrul, peringatan KAA di Blitar juga menjadi sarana edukasi bagi warga untuk memahami bahwa diplomasi dan kemerdekaan saling berkait. “Kota Blitar bukan hanya tempat lahirnya proklamator, tapi juga tempat kita menjaga api perjuangan agar tidak padam,” ujarnya.
Dari Blitar untuk Dunia

Peringatan 70 tahun KAA di Blitar menegaskan kembali posisi kota ini dalam peta diplomasi dunia: kecil secara geografis, tetapi besar dalam makna sejarah. Dari kota tempat Bung Karno dimakamkan, semangat Bandung 1955 kembali bergaung.
Seperti disampaikan Mas Ibin, “Kota Blitar harus menjadi ruang perjumpaan, tempat di mana nilai kemanusiaan dan persaudaraan dunia dijaga dengan penuh hormat.”
Dari Kota Blitar, api solidaritas bangsa-bangsa Asia-Afrika kembali menyala, menerangi jalan diplomasi baru Indonesia di tengah perubahan dunia.
