JATIMTIMES - Sejarah Islam menyimpan banyak kisah penuh makna, salah satunya yang disampaikan Ustaz Miftah El-Banjary tentang sebuah batu yang memberi salam kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Cerita ini bukan sekadar dongeng, melainkan bagian dari irhashat, tanda-tanda luar biasa yang hadir sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul.
Menurut penuturan Ustaz Miftah, yang dikenal sebagai pakar linguistik Arab dan tafsir Al-Qur’an, di Kota Makkah pernah terjadi peristiwa langka. Sebuah batu di salah satu jalan yang kerap dilalui Nabi Muhammad SAW senantiasa mengucapkan salam, “Assalamualaik ya Nabiyallah!” meski saat itu belum ada seorang pun yang mendengar selain beliau.
Baca Juga : Wadahi Generasi Muda Pramuka Bertumbuh, Mbak Cicha Berangkatkan 20 Kontingen Giat Prestasi 2025
Habib Muhammad bin Husein Al-Habsyi dari Solo juga menegaskan, Rasulullah SAW bahkan mengingat batu tersebut sepanjang hidupnya. Peristiwa ini juga tercatat dalam salah satu kitab Tarikh Nabawiyyah, menandai bagaimana sejak muda, sebelum usia 40 tahun, tanda-tanda kenabian sudah begitu nyata.
Lebih jauh, Ustaz Miftah mengajak umat Islam untuk merenungkan makna dari kisah sederhana ini. Jika sebongkah batu saja memberi salam dan dikenang oleh Nabi SAW, bagaimana dengan umatnya yang bersungguh-sungguh bersalawat kepada beliau?.
“Salawat itu adalah nur, cahaya. Semakin sering seseorang bersalawat, semakin terang cahaya yang terpancar dari dirinya,” ujarnya.
Ia menambahkan, cahaya selawat mampu menyinari semesta, kecuali jin dan manusia. Bahkan, menurutnya, aura positif dari selawat dapat menjadi benteng dari energi negatif, termasuk wabah penyakit dan segala bentuk keburukan.
Dalam pandangan Ustaz Miftah, memperbanyak selawat bukan hanya ibadah, tapi juga bentuk perlindungan batin dan lahir. Dengan izin Allah, orang yang istiqamah dalam membaca selawat akan dijaga dari berbagai marabahaya.
Baca Juga : Pilah Sampah, Rawat Bumi: Dosen Unisba Blitar Ajak Siswa SD Jadi Agen Perubahan
“Bayangkan, jika salam dari batu saja begitu berkesan bagi Rasulullah SAW, maka salawat dari hati seorang mukmin tentu jauh lebih berharga di sisi beliau,” tutupnya.