Korban Tembus 712 Jiwa, Banjir dan Longsor Sumatra Tinggalkan Kerugian Rp 68,7 Triliun
Reporter
Mutmainah J
Editor
A Yahya
03 - Dec - 2025, 08:45
JATIMTIMES - Bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat kini memasuki fase paling kelam. Setiap pembaruan data menunjukkan jumlah korban yang terus meningkat, sementara jutaan warga berusaha memulihkan kehidupan yang porak-poranda. Tragedi besar ini tak hanya membawa duka mendalam, tetapi juga menghantam perekonomian tiga provinsi dengan kerugian yang sangat besar.
Menurut laporan terbaru BNPB per Selasa (2/12) sore, sebanyak 712 orang dinyatakan meninggal dunia dan 507 orang masih hilang. Angka ini menggambarkan betapa parahnya bencana yang menerjang sekitar 50 kabupaten/kota di wilayah Sumatra bagian utara.
Baca Juga : Penarikan Pajak Listrik dan Parkir Kabupaten Malang Rawan Tidak Mencapai Target
Data Lengkap Korban Banjir dan Longsor Sumatra
Berikut adalah rangkuman dampak bencana di tiga provinsi terdampak:
Aceh
• Korban meninggal: 218 orang
• Korban hilang: 227 orang
Sumatra Utara
• Korban meninggal: 301 orang
• Korban hilang: 163 orang
Sumatra Barat
• Korban meninggal: 193 orang
• Korban hilang: 117 orang
Selain itu, total 2.564 orang mengalami luka-luka, sementara lebih dari 3,3 juta jiwa terdampak secara langsung. Banyak warga kehilangan rumah, pekerjaan, hingga akses terhadap kebutuhan dasar seperti air bersih, listrik, dan layanan kesehatan.
Ribuan rumah rusak berat, ratusan lainnya hanyut terbawa arus, dan banyak infrastruktur publik lumpuh. Hingga saat ini, proses evakuasi dan pendataan korban masih berlangsung.
Kerugian Ekonomi Diperkirakan Capai Rp68,67 Triliun
Di balik jumlah korban yang besar, dampak ekonomi yang ditinggalkan juga sangat signifikan. Center of Economic and Law Studies (Celios) memperkirakan total kerugian akibat bencana ini mencapai Rp68,67 triliun, dihitung dari lima komponen utama:
1. Kerusakan Rumah Warga
Rata-rata kerugian per unit rumah ditaksir mencapai Rp30 juta.
2. Perbaikan Jembatan
Setiap jembatan yang rusak memerlukan biaya pembangunan sekitar Rp1 miliar.
3. Hilangnya Pendapatan Keluarga
Baca Juga : Komplotan Pencuri Truk di Pabrik Gula Kebonagung Libatkan Seorang Remaja
Perhitungan dilakukan berdasarkan pendapatan harian warga di masing-masing daerah dikali 20 hari kerja.
4. Kerusakan Sawah dan Lahan Pertanian
Estimasi kerugian dihitung dari potensi 7 ton gabah per hektare dengan harga Rp6.500 per kilogram.
5. Kerusakan Jalan dan Infrastruktur
Biaya perbaikan jalan diperkirakan Rp100 juta untuk tiap 1.000 meter ruas jalan.
Melihat skala kerusakan yang luas, tidak menutup kemungkinan angka kerugian tersebut akan bertambah seiring pendataan lanjutan dari pemerintah dan lembaga terkait.
Dampak Sosial yang Tak Tergantikan oleh Angka
Selain kerugian materi, aspek sosial menjadi beban terberat bagi para korban. Banyak keluarga yang kehilangan anggota keluarga, rumah, hingga lahan mata pencaharian yang selama ini menjadi sumber kehidupan. Trauma yang ditinggalkan juga diperkirakan membutuhkan waktu panjang untuk pulih, terutama bagi anak-anak.
Pemulihan fasilitas umum seperti sekolah, layanan kesehatan, dan pusat ekonomi lokal juga menjadi tantangan besar yang harus segera ditangani.
Mitigasi Bencana, PR Besar Indonesia ke Depan
Frekuensi bencana hidrometeorologi yang semakin meningkat menjadi alarm bagi pemerintah untuk memperkuat mitigasi. Penataan ruang, pemulihan daerah aliran sungai, pengendalian deforestasi, serta pembangunan infrastruktur tangguh bencana perlu menjadi fokus utama.
Banjir dan longsor di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat menunjukkan bahwa kesiapsiagaan masyarakat dan koordinasi antarlembaga harus diperkuat agar kejadian serupa tidak kembali menelan korban sebesar ini.
Tragedi di tiga provinsi Sumatra ini menjadi salah satu bencana terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Meski duka masih menyelimuti, masyarakat Indonesia kembali menunjukkan solidaritas kuat melalui bantuan, donasi, dan aksi kemanusiaan.
Kerusakan yang terjadi mungkin luar biasa besar, namun proses pemulihan terus berjalan. Dengan gotong royong dan semangat untuk bangkit, warga terdampak perlahan-lahan membangun kembali masa depan mereka.
