JATIMTIMES - Kreativitas pemuda Kota Malang tak perlu diragukan lagi. Meski dianggap sebelah mata karena disebut sebagai vandalisme ternyata ada komunitas grafiti yang justru membuat sejumlah fasilitas umum lebih terlihat menarik.
Menepis hal itu sejumlah pemuda yang tergabung dalam Malang Grafiti Movement menunjukkan kreativitasnya. Mereka meramu cat warna menjadi mural pada Skate Park Merjosari, Kota Malang.
Baca Juga : Denise Chariesta Tuai Kritikan Netizen, Konten Video Menyusui Tak Disensor
Di sana, belasan pemuda sibuk memainkan kuasnya untuk menggambar sesuai kreativitas dengan cat berbagai warna. Lantai polos arena ekstrem sport seperti skate board, BMX freestyle dan breakdance itu disulap menjadi arena penuh warna.
Perwakilan Malang Grafiti Movement, Andis Fairuz menjelaskan bahwa kegiatan ini bagian dari aktivitas Malang Street Culture. Dimana merupakan wadah potensi pemuda di Kota Malang yang aktif di skate board, BMX, breakdance hingga grafiti.
Andis mengaku Malang Street Culture sejak 2017 selalu menggelar event di arena ekstrem park itu setiap tanggal 31 Desember. Event itu dijadikan wadah menjalin solidaritas hingga wadah unjuk gigi sesuai potensi masing masing.
“Nah sekarang ini kami dari Malang Grafiti Movement ini ikut andil dengan menghias arena ekstrem sport sebagai markas teman-teman Malang Street Culture,” kata Andis.
Andis membeberkan bahwa arena seluas 50 x 30 meter itu digambar grafiti membentuk identitas Kota Malang. Mereka juga memadukan dengan ciri khas kreasi dari anggota Malang Grafiti Movement.
“Tapi garis besarnya yakni bentuk bunga yang merupakan identitas Kota Malang sebagai kota bunga. Lalu di dalamnya ada gambar karakter teman-teman. Kemudian ada gunung dan lainnya,” ungkap Andis.
Baca Juga : Rayakan 25 Tahun, Powerpuff Girls Kolaborasi dengan Nike Rilis Powerpuff Dunks
Grafiti yang dibuatpun menurut Andis menggunakan berbagai warna. Hal itu sebagai simbol netralitas dan kolaborasi. “Pesan grafiti ini agar antar komunitas menjalin solidaritas dan kolaborasi satu sama lain,” ujar Andis.
Dari kreasi yang dilakukan itu, Andis mengaku juga ingin membuktikan kepada masyarakat bahwa apa yang dilakukan bukan aksi vandalisme. Dan melalui kegiatan itu menepis anggapan negatif masyarakat.
“Kami ingin menyampaikan bahwa grafiti tak selalu negatif, karena kami juga punya aturan. Ada tempat yang bisa (dibuat grafiti) dan dilarang,” tutur Andis.
Sejauh ini, Andis juga menyebut seni grafiti sudah mulai diterima masyarakat. Bahkan ada pula yang sudah mengikuti ajang kompetisi grafiti mulai dari nasional hingga internasional. “Teman teman grafiti di sini juga banyak yang ikut event kompetisi nasional dan internasional seperti di Jakarta dan Solo,” tandasnya.

 
                             
                             
                             
                            