JATIMTIMES - Prof Dr Hj Rifa Hidayah SAg SPsi MSi, Psikolog, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang dikukuhkan menjadi Guru Besar. Ia menjadi sosok dosen yang berhasil menjadi Guru Besar pertama di Fakultas Psikologi.
Wanita yang juga Dekan Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang tersebut dikukuhkan menjadi Guru Besar dalam bidang Ilmu Psikologi. Pada Rapat Senat terbuka pengkukuhan Guru Besarnya, pihaknya mengusung pidato ilmiah dengan tema "Penguatan pengasuhan, iklim sekolah dan kecerdasan sosial dalam mendukung kemandirian belajar anak".
Baca Juga : Wow! Cadangan Devisa RI Tembus US$140,3 Miliar pada Februari 2023
"Naskah dalam pidato ilmiah ini merupakan akumulasi dari berbagai karya penelitian yang telah saya lakukan. Saat ini di tahun 2023, setelah terjadinya pandemi Covid–19, tentu memberikan efek pada pendidikan yang memerlukan adaptasi dan penyesuaian. Keberhasilan pendidikan di sekolah merupakan tanggung jawab bersama, guru-siswa dan juga orang tua," ungkapnya.
Mewujudkan generasi mendatang yang berkualitas memerlukan berbagai pendekatan. Keberhasilan belajar tidak hanya tergantung pada kecerdasan intelektual siswa saja, tetapi juga aspek yang lain. Termasuk menyiapkan anak untuk mandiri dalam belajar. Kemandirian dalam belajar merupakan suatu metode atau proses pembelajaran di mana individu memiliki kendali diri dalam belajar, individu belajar dengan tindakan mereka sendiri dan mengarahkan, mengatur, dan menilai pembelajaran mereka sendiri dan anak dalam pembelajaran tidak tergantung pada orang lain.
Untuk mendukung kemandirian belajar anak, orang tua bisa mendidik melatih anak bertanggung jawab melalui pengasuhan. Sebab, memiliki kemandirian sangat penting meskipun pada masa anak. Kemandirian anak tidak lepas dari peran keluarga saat berinteraksi antara ayah, ibu dan anak.
"Pengasuhan yang diterapkan ayah dan ibu dapat berdampak pada perlakukan yang sifatnya permanen pada kehidupan anak," jelasnya.
Kemandirian seseorang tidak dengan sendirinya mudah dicapai. Ada banyak faktor yang mempengaruhi, yaitu faktor internal termasuk keterampilan kognitif, afektif seperti emosi, faktor eksternal dalam proses pembelajaran seperti interaksi dalam lingkungan fisik, interaksi sosial dengan orang lain misalnya orang tua, guru, atau teman sebaya. Dalam mendukung kemandirian anak dalam belajar, guru dan orang tua dapat mengambil peran masing-masing.
Faktor eksternal interaksi dengan orang tua, guru dan teman sebaya melalui penguatan pengasuhan serta iklim sekolah. Kesiapan siswa dan guru dalam proses belajar mandiri sangat diperlukan dengan mengkondisikan lingkungan belajar yang mendukung. Sehingga memungkinkan siswa mengevaluasi kegiatan belajar secara mandiri. Sedangkan penguatan pengasuhan yang sesuai sangat penting untuk memupuk kemandirian anak.
Agar tercipta generasi muda yang berkualitas, antara lain melalui pengasuhan yang terbaik pada anak. Orang tua yang memahami bagaimana mempraktekkan pengasuhan terbaik memberikan kebebasan anak berperilaku, tapi tetap orang tua memonitor dan punya kendali untuk anak dengan saling menghargai dan menciptakan keharmonisan dalam keluarga. Sehingga muncul saling terbuka dalam berpendapat, nantinya anak lebih lebih mandiri dan bertanggung jawab dalam memecahkan masalah dalam kehidupannya.
Baca Juga : UIN Maliki Malang Kembali Kukuhkan Guru Besar Baru
"Orang tua ayah dan ibu sebaiknya mencontohkan cara bertanggung jawab dalam tugas belajar, dan tidak selalu menggantungkan pada orang tuanya. Karena sebagai pendidik dalam keluarga, orang tua dituntut untuk menanamkan karakter dan nilai kemanusiaan yang terbaik yang kelak menjadi bekal bagi perkembangan anak," paparnya.
Lebih lanjut dijelaskan, anak yang memperoleh pengasuhan dengan penghargaan dan penanaman perilaku yang baik melalui pola pengasuhan otoritatif akan memiliki harga diri tinggi dan memiliki kemampuan bersosialisasi lebih baik. Hal ini akan menghindarkan dari gangguan perilaku negatif. Memahami dan memberi serta aturan yang diberikan orang tua, terjalin komunikasi dengan anak secara lebih baik baik termasuk konsekuensinya. Dengan begitu, anak memiliki kemandirian yang tinggi, termasuk dalam kemandirian dalam belajar.
Pengasuhan disebut juga parental control seperti penjelasan Baumrind yang bermakna memelihara anak. Pola pengasuhan orang tua terdiri atas tiga jenis. Pengasuhan pertama yaitu pengasuhan orang tua secara otoriter, yaitu pola pengasuhan yang kurang responsif dalam mendidik anak. Orang tua mempraktikkan pola pengasuhan otoriter memprioritaskan rasa patuh pada orang tua dan kurang memberi kebebasan anak.
Kedua, authoritative parenting style atau pengasuhan otoritatif. Orang tua yang menerapkan pengasuhan otoritatif, dengan cara merawat dan mendidik anak secara demokratis, memberikan kesempatan anak untuk mandiri dan bebas berperilaku namun dengan rasa tanggung jawab dan tetap dalam pengawasan orang tua. Dan yang ketiga adalah adalah permissive parenting style. Orang tua menerapkan pengasuhan permisif dengan tidak mengekang anak memberi kebebasan, tanpa memberi aturan, dan anak bebas, mengekspresikan perasaan namun jarang mengontrol perilaku anak.
"Pengasuhan yang ideal penting dimiliki orang tua agar mereka mampu mendidik, merawat serta membesarkan anak dengan lebih baik. Terutama pada anak usia sekolah, mereka berada pada masa pertumbuhan, perkembangan serta pembentukan karakter yang memerlukan pendampingan orang tua," jelasnya.