Niat Qadha Ramadhan dan Puasa Rajab, Bisa Dapat Dua Pahala? Ini Penjelasan Ulama

24 - Dec - 2025, 07:22

Ilustrasi berbuka puasa. (Foto: Baznas)

JATIMTIMES – Umat Islam di Indonesia telah memasuki bulan Rajab 1447 H. Berdasarkan pengumuman Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU), awal Rajab 1447 H jatuh pada Senin, 22 Januari 2025.

Bulan ketujuh dalam kalender Hijriah ini dikenal sebagai salah satu bulan mulia yang dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah, termasuk puasa sunnah.

Baca Juga : Urutan Pemberangkatan Haji 1447 H/2026 Jatim Ditetapkan, Malang Dapat Kloter Awal

Namun, muncul pertanyaan yang kerap ditanyakan masyarakat menjelang Ramadhan, yakni bagaimana jika masih memiliki utang puasa Ramadhan? Apakah harus mendahulukan qadha, atau boleh menggabungkannya dengan puasa sunnah Rajab?

Dalam penjelasan para ulama, menggabungkan niat puasa qadha Ramadhan dengan puasa sunnah Rajab hukumnya sah. Bahkan, seseorang berpeluang mendapatkan pahala keduanya sekaligus.

Rajab sendiri memiliki keutamaan tersendiri dalam Islam. Selain dikenal sebagai salah satu bulan haram, Rajab juga lekat dengan peristiwa besar Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Karena itu, umat Islam dianjurkan memperbanyak ibadah, termasuk puasa.

Di sisi lain, bagi mereka yang masih memiliki kewajiban qadha puasa Ramadhan, dianjurkan untuk segera menunaikannya sebelum Ramadhan berikutnya tiba.

Terkait niat qadha puasa Ramadhan, para ulama Mazhab Syafi’i menegaskan bahwa niat wajib dilakukan pada malam hari. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Sulaiman Al-Bujairimi dalam kitab Hasyiyatul Iqna’. Berikut penjelasannya:

ويشترط لفرض الصوم من رمضان أو غيره كقضاء أو نذر التبييت وهو إيقاع النية ليلا لقوله صلى الله عليه وسلم: من لم يبيت النية قبل الفجر فلا صيام له. ولا بد من التبييت لكل يوم لظاهر الخبر.

Artinya,
Disyaratkan memasang niat di malam hari bagi puasa wajib seperti puasa Ramadhan, puasa qadha, atau puasa nazar. Syarat ini berdasar pada hadis Rasulullah SAW, ‘Siapa yang tidak memalamkan niat sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya.’ Oleh karena itu, niat harus dilakukan setiap hari,” (Syekh Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Iqna’, Darul Fikr, Beirut).

Adapun lafal niat qadha puasa Ramadhan adalah sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

Latin:
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’i fardhi syahri Ramadhāna lillāhi ta‘ālā.

Baca Juga : Pengurus MUI Kecamatan Se-Banyuwangi Resmi Dikukuhkan

Artinya: “Aku berniat mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”

Sementara itu, puasa Rajab sebagai puasa sunnah tidak mensyaratkan niat khusus. Cukup berniat puasa karena Allah SWT, tanpa harus menyebut secara spesifik “puasa sunnah Rajab”.

Mengutip pendapat Syekh al-Barizi yang dijelaskan dalam kitab Fathul Mu’in beserta hasyiyahnya I’anatut Thalibin, dijelaskan bahwa seseorang yang berpuasa qadha Ramadhan pada hari-hari yang dianjurkan berpuasa, termasuk bulan Rajab, tetap akan memperoleh pahala puasa sunnah tersebut.

Bahkan dijelaskan pula oleh Syekh al-Kurdi dalam kitab al-Asna, serta Syekh Khatib al-Syarbini dan Syekh Jamal al-Ramli, bahwa jika seseorang berniat puasa wajib yang bertepatan dengan hari sunnah puasa, maka pahala keduanya bisa didapatkan, meski tanpa niat khusus puasa sunnah.

Hal serupa juga berlaku pada puasa-puasa sunnah lain. Dalam I’anatut Thalibin disebutkan, jika seseorang berpuasa pada hari yang bertepatan dengan dua keutamaan, seperti puasa Arafah dan puasa Kamis, maka ia berpeluang mendapatkan pahala dari keduanya.

Dengan demikian, bagi umat Islam yang masih memiliki utang puasa Ramadhan, melaksanakan qadha di bulan Rajab bukan hanya sah, tetapi juga menjadi kesempatan meraih pahala ganda.

Semoga Allah SWT menerima qadha puasa Ramadhan kita dan memberi kemudahan dalam menjalankan ibadah. Amin Ya Rabbal Alamin.