Siapa Pemilik Toba Pulp Lestari? Perusahaan yang Diklaim Jadi Penyebab Banjir Sumatra
Reporter
Binti Nikmatur
Editor
A Yahya
03 - Dec - 2025, 11:03
JATIMTIMES - PT Toba Pulp Lestari menjadi sorotan usai banjir bandang melanda sejumlah wilayah di Sumatra Utara. Nama perusahaan kertas terbesar di Indonesia ini disebut oleh sejumlah pihak sebagai salah satu penyebab kerusakan lingkungan yang memperparah bencana. Lantas, siapa sebenarnya di balik perusahaan tersebut?
PT Toba Pulp Lestari awalnya berdiri dengan nama PT Inti Indorayon Utama, pada 26 April 1983 di Sumatera Utara. Setelah membangun pabrik besar di sekitar Sungai Asahan, perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada 1 April 1989.
Baca Juga : Cara Merawat Diri Agar Terhindar dari Penuaan: Simpel, Konsisten, dan Bisa Dilakukan Semua Orang
Pusat usahanya berubah nama menjadi Toba Pulp Lestari sejak RUPS 15 November 2000, pasca restrukturisasi besar-besaran, dan mulai ulang operasi pada 2003 dengan klaim menggunakan teknologi ramah lingkungan.
Kantor pusat perusahaan berlokasi di Uniplaza East Tower, Medan, sementara pabrik utama berada di Desa Pangombusan, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba. Pada 16 Mei 1990, perusahaan melantai di Bursa Efek dengan kode saham INRU, kode yang tetap dipakai hingga kini di Bursa Efek Indonesia.
Awalnya perusahaan ini dimiliki oleh pengusaha nasional Sukanto Tanoto. Namun struktur kepemilikan sempat berubah pada 2007, ketika mayoritas saham diambil alih oleh Pinnacle Company Pte. Ltd.
Perubahan besar kembali terjadi pada 2025. Saat ini, mayoritas saham INRU dipegang oleh Allied Hill Limited, sebuah perusahaan investasi berbasis di Hong Kong milik Joseph Oetomo melalui entitas Everpro Investments Limited.
Allied Hill menguasai 92,54% saham INRU melalui akuisisi senilai Rp 555,8 miliar dengan harga Rp 433 per saham. Sisanya, 7,46%, tercatat di tangan publik.
Dengan struktur itu, Toba Pulp Lestari kini berada di bawah kendali asing melalui Allied Hill, bukan lagi di bawah pengusaha lokal seperti masa awal.
Sejak lama, Toba Pulp Lestari sudah disorot karena dugaan aktivitas pembalakan kayu, konversi lahan hutan, dan dampak lingkungan di sekitar kawasan operasinya. Konflik dengan masyarakat mulai terbuka selepas jatuhnya Orde Baru, bahkan pada 1999 tercatat bentrokan antara warga, pekerja, dan aparat yang menimbulkan korban jiwa.
Akibat peristiwa itu, operasional perusahaan sempat dihentikan sementara oleh pemerintahan saat itu, atas perintah Presiden. Audit lingkungan diperintahkan, dan sempat muncul keputusan penutupan atau relokasi di era pemerintahan berikutnya.
Baca Juga : Resmi! Perkiraan Biaya Haji Furoda 2026 dan Syarat Daftarnya, Cocok untuk yang Tidak Mau Antre Lama
Meski demikian, pada tahun 2000 pemerintah kemudian memberi izin kembali, dengan syarat perusahaan menghentikan produksi rayon. Restrukturisasi pun dilakukan dan nama perusahaan diubah menjadi PT Toba Pulp Lestari Tbk. Setelah itu, pabrik kembali beroperasi pada 2003 dengan klaim mengadopsi teknologi lebih ramah lingkungan.
Perusahaan mengklaim misinya sebagai produsen pulp yang mengedepankan pertumbuhan berkelanjutan, nilai bagi pemegang saham, serta kontribusi sosial-ekonomi melalui teknologi dan pengembangan sumber daya manusia.
Namun reputasi lingkungan dan riwayat konflik sosial terus ikut membayangi jejak perusahaan, terutama ketika terjadi bencana seperti banjir bandang yang menyebabkan kerusakan infrastruktur dan ratusan korban jiwa di Sumatera Utara.
Hingga Rabu (3/12), kata kunci "pemilik pt toba pulp lestari" trending dalam penelusuran Google. Banyak warganet yang mencaritahu soal hal ini.
